(Menyimak  Cara Mengajar Guru Luar)

Oleh Nur Azizah (Guru Matematika Penyuka mengajar Bahasa Inggris)

Jika anda guru, pernahkah anda berjoget di depan siswa di kelas? Pernahkah anda mengadakan diskusi sengit mengenai sesuatu topik dunia masa kini yang dihubungkan dengan mapel yang anda ajarkan?  Atau, pernahkan anda berlari bersama siswa anda sedangkan anda bukan guru olah raga? Tertawa renyah bersama siswa di kelas?  Predikasi saya, hampir semua jawaban anda adalah “tidak pernah”! Jika-pun pernah mungkin hanya dalam persentase yang kecil saja.

Jangan khawatir, karena saya-pun termasuk guru yang menjawab hampir “tidak pernah” itu. Hal ini dapat dimaklumi, karena kita adalah guru dan orang Indonesia, kita tidak terbiasa bertingkah laku yang kita anggap “spektakuler”seperti itu, dari bangku sekolah dulupun kita hampir tidak pernah menemukan guru kita yang melakukan itu, di bangku kuliahpun kita tidak diajarkan untuk ‘mengajar dengan cara agak “gila” tersebut.

Umumnya kita menemukan guru yang mengajar lebih banyak dengan berbicara satu arah saja, guru yang menjelaskan materinya, memberikan contoh-contoh, dan diakhiri dengan latihan soal dan PR.  Kita jarang bertemu dengan guru-guru  yang menumbuhkan  kreativitas dirinya dan atau siswanya, mendesain hal-hal baru dalam pembelajaran, atau cara-cara yang berbeda dalam menyelesaikan masalah.  Siswa umumnya harus mengikuti pola jawaban guru, jika tidak sama maka dapat dipastikan jawabannya salah.

Seperti dalam suatu kegiatan, ketika peserta diminta menggambar pemandangan, apa yang terjadi?  Hampir dapat dipastikan seluruh peserta (baik siswa SD maupun orang dewasa) umumnya mengambar gunung yang biru dan hamparan sawah yang hijau, ada jalan, pondok kecil dan pohon kelapa. Hampir tidak ada yang mengambar pemandangan berupa hutan terbakar hangus, atau rumah penduduk yang padat dan kumuh, atau gedung bertingkat seperti di kota besar, atau pemandangan lainnya. 

Ini menunjukkan masih  rendahnya kreativitas yang tumbuh di ruang kelas kita pada umumnya, perasaan takut salah, takut berbeda dengan orang lain masih sering dijumpai di kelas, sehingga pembelajaran sering berjalan apa adanya hinga akhir semester, tidak banyak yang berbeda.  Pembelajaran yang berpusat pada siswa masih menjadi sesuatu yang perlu diperjuangkan pelaksanaannya. Materi yang padat dan waktu yang terbatas masih menjadi kendala.

Peran MGMP sangat besar dalam menyegarkan ingatan guru dalam mengajarsesama guru dapat saling menginformasikan tentang trik melaksanakan metode mengajar berdasarkan hasil-hasil yang mereka temui, berdiskusi dan saling menguatkan, termasuk juga sharing dengan guru dari negara lain, seperti  Yuta Otake yang dengan senang hati berbagi pengalaman mengajarnya, dan langsung mempraktekan apa yang ia pelajari di negaranya.

Yuta adalah  seorang guru bahasa Inggris berkebangsaan Amerika keturuan Jepang, Master of Arts  in TESOL, Departement of Teacing and Learning dengan IPK 4,0 dari New York University, USA.

Yuta mengatakan bahwa guru harus mengerti  How to Eangaged students while teaching procceess, bahwa guru harus menautkan hati siswa dengan pembelajarannya, menarik perhatian siswa dengan berbagai cara walaupun dengan cara-cara yang dianggap agak “Aneh”.

Yuta merupakan guru yang traveler, melakukan traveling ke banyak negara, termasuk beberapa kota di Indonesia, dan beliau membagi ilmu bagi siapa saja yang membutuhkan, baik siswa ataupun guru, ini dapat dilihat dari cerita-ceritan yang di bagikannya di  instagram  http://instagram.com/travel_teach_share?igshid=riusadacc36d .

Yuta berbagi ilmu dengan penuh enerjik, mengenalkan dirinya dengan beberapa isian pertanyaan sesuai topik, narrative past tense.  Yuta mengelilingi ruangan dengan lincah, menanyakan peserta tentang hal yang mudah dan ringan di awal pembelajaran, sehingga semua peserta mau terlibat dan berfikir, Yuta menggunakan media berupa slides dan benda-benda yang ada di sekitarnya. 

Yuta juga selalu memberi apresiasi atas setiap apapun jawaban peserta, membuat peserta merasa dihargai dan senang, Yuta membuat semua peserta bergerak,  mempragakan apa yang di desain oleh peserta sendiri dalam kelompok-kelompok kecil, sehingga suasana pembelajaran tidak kaku, tidak satu arah, semua peserta terlibat, semua peserta merasa dekat, tidak perlu banyak teori pembelajaran, semua dilakukan dengan ringan saja.  Learning by doing

(Yuta’s action in teaching, dok pribadi)

Apa yang dilakukan Yuta di awal pembelajaran adalah meng- Engaged (Menautkan) peserta kegiatan dan dia sebagai guru,  sehingga peserta merasa nyaman dan tertarik mengikuti pelajaran, yang ketika itu pesertanya adalah para guru bahasa Inggris yang tergabung dalam MGMP Bahasa Inggris Sumatera Barat,  pengawas Bahasa Inggris dan penulis sendiri.  Yuta mengajarkan cara mengajar bahasa Inggris pada siswa, tanpa banyak teori, tapi langsung dengan mempraktekkan  pada peserta. Teaching English by English, not in Bahasa.

Seperti yang pernah disampaikan Pak Burhasman (Kadisdik Sumbar 2016-2019) tahun 2018 lalu, bahwa kesimpulan tim AVI Australia yang menjadi volunteer pembelajaran bahasa Inggris di sekolah-sekolah Sumbar, “kendala siswa Sumatera Barat dalam berbahasa Inggris adalah umumnya guru bahasa Inggris mengajarkan bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia, bukan dengan bahasa Inggris, dan guru-guru bahasa Inggris tidak menjadikan bahasa Inggris sebagai habit (kebiasaan) dalam berkomunikasi dengan siswa atau sesama guru bahasa Inggris”.

Kita ketahui bahwa prinsip pembelajaran bahasa itu ada 4 aspek keterampilan yaitu menulis, membaca, mendengar dan berbicara, keempat aspek ini harus terintegrasi selama proses pembelajaran bahasa, intinya harus ada praktek, praktek dan prektek.  Pak Yususf Kalla pernah mengatakan bahwa walaupun kamu membaca 1000 buku teori renang tapi kamu tidak pernah praktek berenang, ketika melompat ke kolam, dijamin pasti tenggelam. J

Ini diharapkan menjadi perhatian semua guru bahasa Inggris di Sumatera Barat, karena bahasa Inggris merupakan skill yang harus terus dipraktekkan secara kontinyu, bukan hanya sekedar pengetahuan dan nilai kognitif saja. Dan Pak Adib Alfikri (Kadisdik Sumbar 2019-sekarang) menyampaikan dalam pembukaan kegiatan pada semua guru bahasa Inggris hendaknya menyadari bahwa siswa sangat membutuhkan keterampilan berbahasa Inggris dalam kehidupannya sekarang dan besok, termasuk ketika siswa akan memasuki dunia kerja.

Semoga pengajaran bahasa Inggris yang dicontohkan Yuta ini menjadi perhatian guru semuanya, tidak hanya guru bahasa Inggris saja, tapi juga semua guru mata pelajaran lainnya.  Guru hendaknya sangat  mengerti kebutuhan siswanya, melibatkan siswa sepanjang pembelajaran, memberi contoh-contoh atau cerita sesuai tren mereka, mengapresiasi mereka, berkomunikasi aktif, sehingga pengajaran dapat diterima siswa dengan menyenangkan, walau guru harus mengajar dengan cara “Tidak Biasa”. Best Luck!

WeCreativez WhatsApp Support
Our customer support team is here to answer your questions. Ask us anything!
👋 Hi, how can I help?