Oleh: Nur Azizah (IRo-Society, FLP Sumatera Barat, Ibu 5 Anak, Math Teacher)
Nayla bergegas mencari Nenek, seperti biasa Nay meminta Nenek menyimak hafalan hadist untuk besok pagi, Nay kebingungan, karena belum lancar menghafal Bahasa Arab-nya, Nay perlu bantuan Nenek mendengarkan, menyimak, dan meluruskan hafalannya tersebut. Buku hafalan Hadist Nay sudah tampak lusuh karena sering dibawa kian kemari, bermain dan menghafal sepulang sekolah, tapi sering bermainnya daripada menghafalnya, Nay tersenyum malu.
Nay duduk menunggu di tempat Nenek biasanya duduk, Nay makin gelisah karena sudah hampir seminggu Nenek tidak berada di rumah pada sore hari begini, Nay menunggu dan menghafal hadist yang menjadi tugasnya dari Ustadz Muttaqin minggu lalu, Nai sudah menghafalnya bersama Nenek sejak seminggu yang lalu, tapi karena tidak diulang, sekarang Nay sudah agak lupa.
Nay membentangkan buku hafalan hadistnya, membacanya lamat-lamat: “Dari Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثَةٍ : إِلا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: (1) sedekah jariyah, (2) ilmu yang diambil manfaatnya, (3) anak shalih yang selalu mendoakan orang tuanya.” (HR. Muslim, no. 1631).
Seminggu yang lalu, Nay meminta Nenek menyimak hafalan hadistnya, tentang terputusnya semua amalan manusia setelah mereka mati, Nay memperhatikan Nenek termenung lama, Nenek terlihat mendengarkan suara Nayla, tapi sepertinya ada kegusaran yang terfikirkan oleh Nenek, tapi ia tidak mengerti mengapa. Menjelang tidur Nenek mengatakan bahwa Nenek merasa belum banyak amalan yang dapat Nenek kerjakan selama hidupnya. Nay tidak mengerti maksud Nenek karena sudah ngantuk dan kelelahan.
Kesokan harinya, Nenek bergegas mencari mencari Ustadz Amar setelah sholat ashar berjamaah di Mesjid di dekat rumah, dan meminta Nayla menunggu Nenek di dekat pintu luar, Nay melihat Nenek berdiskusi beberapa menit, dan semenjak sore itu Nay jarang melihat Nenek di rumah sepulang Nay sekolah.
Menjelang sholat maghrib, Nay mendengar suara langkah Nenek di ruang depan, Nay berlari mendekati Nenek, “Ops, tunggu dulu, Nay, sabaar”, ujar Nenek sebelum sempat Nay mengatakan apa-apa. “Nenek cuci tangan dulu ya Nay”, ujar Nenek sambil membuka maskernya dan meletakkan tas, kemudian bergegas menuju kamar mandi, Nenek mandi dan mengganti pakaian bersih.
Adzan maghrib berkumandang dengan syahdu, Nay menjawab kalimat demi kalimat adzan yang dikumandangkan, begitu juga Nenek yang sudah tampak bersih dan rapi dengan mukenahnya, Nay bergegas berwudhu dengan mendahulukan mencuci tangan dengan sabun seperti biasa, sabun cuci tangan buatan Nenek dengan ekstrak daun sirih. Kata Nenek daun sirih itu banyak kandungan antikumannya, jika kita rajin cuci tangan dengan sabun, maka kuman akan mati.
“Apa kuman itu punya mata, Nek? Tanya Nay menjelang sholat. “Apa mata kuman itu pedih juga jika terkena sabun, hingga akhirnya dia mati, Nek?” Nay semakin penasaran.
Nenek hanya diam dan memberi kode supaya Nay juga diam.
“Kita sholat berjamaah dulu ya, Nayla sholehah”, Nenek membiarkan Nay dengan rasa penasarannya.
Selesai melaksanakan sholat dan berdoa, Nenek menampakkan gambar kuman dari layar smartphone Ibu, Nay tersenyum sendiri dengan pertanyaannya tadi. Nay bersegera memberikan buku hadistnya pada Nenek untuk menyimak hafalan Nay, Nay masih terbata-bata mengucapkan pada awalnnya, berulang-ulang hingga Nenek memuji kelancaran Nay membacakan hadist tersebut, Nay tersenyum sumringah, Alhamdulillah selesai juga fikir Nay. Nay jadi terdiam ketika melihat Nenek menghapus air matanya, “Nenek mengapa menangis? Tanya Nay. “Tidak apa Nay, Nenek suka membaca dan menghafal hadist Nay ini juga, dengan menyimak hafalan Nay berulang kali, Nenek jadi hafal juga, Alhamdulillah”, jawab Nenek.
“Nek, malam nanti apa judul ceritanya, Nek?
“Oh iyya, malam ini jadwal membacakan cerita ya Nay”, Nenek mengusap keningnya karena lupa. “nanti malam tidur di kamar Nenek saja ya Nay, juga Zakky, Ibu dan Bapak pulang agak malam katanya”.
Nenek membacakan cerita Maryam Bin Imran,
“Maryam yang dilahirkan di kota Nashirah – Palestina, Maryam sudah menjadi anak yatim sebelum dia dilahirkan, sehingga Ibunya Hannah binti Faqudha meminta Maryam dibesarkan oleh Nabi Zakaria, Ibunya berdoa pada Allah supaya Maryam terjaga dari godaan syetan, maka tumbuhlah Maryam menjadi Wanita suci yang terjaga dengan baik oleh keluarga Nabi Zakaria”. Nenek menoleh ternyata Nayla dan Zakky sudah tertidur dengan lelapnya.
Nenek menutup bukunya dan berfikir apa yang dapat dilkukannya supaya setiap nenek di kampung ini mau membacakan cerita untuk cucu-cucunya, tentu saja buku yang menarik bagi anak-anak dan mudah dibaca oleh para nenek. Nenek berfikir juga bagaimana cara menulis cerita sehingga setiap anak dapat mengerti sifat-sifat baik dari orang-orang terdahulu, terutama cerita-cerita dalam Al-Quranul Karim.
Sepulang sekolah Nayla mencari Nenek di ruang belakang,
“Neneeeek, Nay pulang”, ucap Nay setelah membuka maskernya, meletakkan tas dan mencuci tangan dengan sabun di wastafel, Nay mengeringkan tangannya dan mengganti baju. Nay masih mencari Nenek, tapi tidak ada, kata Zakky, Nenek sedang belajar di Mesjid bersama teman-teman Nenek, Nay heran, Nenek kok masih suka belajar juga.
Setelah sholat maghrib bersama Nenek, Nay menanyakan mengapa Nenek beberapa hari belakangan selalu sibuk di Mesjid? Nenek balik bertanya,
“Apa Nay suka mendengarkan Nenek membacakan cerita untuk Nay?”
“Sangat suka Neeeeeek”, jawab Nay sumringah.
“Justru itu Nay, Nenek berharap semua nenek di kampung kita membacakan cerita juga untuk cucu-cucu mereka, sehingga banyak pahala yang Nenek dan teman Nenek dapatkan karena amalan tersebut, dan itu juga termasuk ilmu yang berguna kata Ustadz, seperti bunyi hafalan hadist Nay kemarin”, jawab Nenek sambil menyiapkan makan malam bersama Nay dan Zakky..
Nenek melanjutkan penjelasan dari Ustadz Ammar bahwa di antara ketiga amal-amal tersebut, sedekah jariyah merupakan amalan termudah untuk mendapatkan aliran pahala yang tak putus-putus, sedekah jariyah adalah bentuk sedekah yang bisa dirasakan manfaatnya secara terus menerus atau untuk tujuan jangka panjang. Sedangkan orang yang mengamalkannya akan mendapat pahala sepanjang sedekahnya masih bermanfaat bagi orang lain.
“Nenek juga belajar menulis cerita,, apa iya Nek?” tanya Nay penasaran.
“Iya Nay, Nenek baru belajar menulis cerita bersama teman-teman Nenek, Bu Halimah yang mengajarkan di Mesjid sepulang mengajar di sekolah, kami juga belajar dari cerita-cerita di Al-Qur’an oleh Ustadz Amar, alhamdulillah banyak teman Nenek yang mau ikut belajar”, kata Nenek menjelaskan.
“Apa menulis ceritanya bawa laptop seperti Ibu, Nek?”
Nenek tersenyum dengan pertanyaan Nay yang cerdas.
“Para Nenek tidak ada laptop, Nay, mereka menulis ceritanya di buku tulis, nanti ada guru-guru teman Bu Halimah yang akan bantu mengetikkan dan menerbitkannya jadi buku, Nenek berharap buku-bukunya dapat dibacakan sampai kapanpun, sehingga pahalanya terus mengalir hingga kami sudah tiada besok”.
“Nenek yang hebat”, gumam Nay sambil memeluk Nenek. “Nay doakan Nenek dapat segera menyelesaikan cerita untuk Nay”. Nay tersenyum bahagia, walaupun artinya Nay hanya akan bertemu Nenek menjelang sholat maghrib sepulang Nenek dari belajar menulis cerita bersama Bu Halimah.
Tiga bulan berlalu. Nay sangat gembira melihat namanya jadi tokoh cerita di buku Nenek, Nay bersyukur punya Nenek yang mengajarkan banyak hal kebaikan, Nay bercita-cita dapat mengerjakan perbuatan baik dan mengumpulkan sebanyak mungkin amal jariyah dan bermanfaat bagi orang lain seperti yang dilakukan Nenek.
Nenekpun sangat bahagia melihat cucu-cucunya dan cucu teman-teman Nenek membaca cerita-cerita yang ditulis oleh nenek-nenek mereka, semoga banyak anak-anak yang suka membaca cerita, dan semoga mereka juga mengenang masa-masa indah ketika mereka kecil ini, semoga mereka juga dapat membacakan cerita untuk anak-anak mereka kelak jika mereka sudah dewasa.
Nay memeluk buku ceritanya dengan erat, Nay suka membaca buku-buku hasil tulisan beberapa nenek di kampungnya, Nay pun masih suka mendengakan cerita dari Nenek setiap akhir pekan, tak sabar Nay membaca buku Nenek berikutnya. Alhamdulillah.
“Nay mau jadi penulis buku cerita juga, Nek”, ucap Nay, “Apa menulis cerita itu susah Nek? Tanya Nay.
“Tidak ada yang susah jika kita mau berusaha Nay”, jawab Nenek bahagia, Nenek memandang buku yang ditulis bersama teman-temannya yang sudah diterbitkan, dan berharap banyak teman Nay yang suka membaca buku perdana Para Nenek tersebut. Aamiin ya Allah.
Dharmasraya, 09 Novemberr 2021 (Masih semasa Covid-19)
Untuk seluruh Anak-Anak Indonesia, semoga sehat dan menjadi anak-anak yang dapat beramal sepanjang zaman untuk Agama, Bangsa, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta. Aamiin