Nur Azizah
(SMAN 1 Koto Salak Kab. Dharmasraya, Sumatera Barat)
Menjadi guru berati menjadi panutan banyak orang, siapapun setuju dengan kalimat tersebut, walaupun orang yang tidak banyak mengenal dunia pendidikan secara luas, karena begitu banyak hal positif yang melekat pada predikat guru, jarang ada orang yang mau berdebat dengan guru, termasuk dengan pola asuhnya di sekolah, karena sudah percaya saja dengan ilmu, keahlian, dan pengalaman yang dimiliki seorang guru.
Dan memang tugas seorang guru sangat banyak, dari mulai bangun tidur hingga tidur lagi, dari awal membuat persiapan mengajar, mengajar, melakukan penilaian, mengevaluasi apa yang sudah dikerjakan siswa-siswanya, dan juga mengevaluasi pola mengajarnya sekaligus. Hal tersebut mutlak dilakukan seorang guru setiap hari. Menjadi guru tidak cukup hanya menjalankan kewajiban keseharian itu saja, lebih dari itu seorang guru harus menjadi panutan bagi siswa-siswanya, sebuah kewajiban yang melekat pada profesinya, panutan!
Memilih profesi sebagai seorang guru, harus melibatkan diri secara total dalam waktu yang panjang, meningkatkan stamina untuk meningkatkan kompetensi setiap waktu, karena pendidikan selalu berubah, mengikuti perubahan zaman, meningkatkan keikhlasan dalam mendidik, mencari jalan keluar setiap masalah yang ditemui di kelas, dan mencintai pekerjaan tersebut hingga akhir hayat, seperti yang dilakukan oleh para guru sebelumnya.
Satu hal yang lebih penting dari semua tugas mulia mendidik anak bangsa tersebut adalah seorang guru harus meyakini apa yang dilakukannya sebagai sebuah kebaikan tanpa batas, menunjukkan siswa pada jalan kebaikan setiap hari tanpa menggurui, selain isi materi pelajaran yang diembannya, keyakinan tersebut menguatkan rasa percaya diri seorang guru dalam menguatkan perannya untuk terus memberi pengaruh positif pada orang di sekitarnya, khususnya siswa-siswa yang terus bicara tanpa henti.
Percaya diri seorang guru adalah hal yang sangat penting, guru yang punya percaya diri akan mudah menghadapi berbagai karakter siswa, kenakalan dan banyolan mereka, perkelahian antar siswa, dan kadang masa pubertas mereka yang jatuh cinta pada gurunya, so many. Jika tidak punya rasa percaya diri yang baik, maka guru akan mudah terjebak dalam masalah di sekolah.
Seorang guru harus banyak belajar, termasuk bagaimana meningkatkan percaya diri dengan meningkatkan prestasi dan mengunggulinya, ada beberapa komponen yang mempengaruhi percaya diri seorang guru, pertama: self-concept, yaitu bagaimana seorang guru memotret dirinya sendiri secara keseluruhan. Kedua, self-esteem, yakni seberapa positif seorang guru memandang dirinya. Sejauh mana dia merasa bernilai atau berharga. Ketiga, self-effifacy yaitu keyakinan seorang guru atas kapasitas dirinya untuk sukses. Keempat adalah self-confidence, yaitu keyakinan seorang guru bahwa dirinya layak untuk sukses.
Banyak belajar, banyak berfikir, banyak meluangkan waktu untuk mengerjakan berbagai hal yang merupakan tugas seorang guru, termasuk terus berusaha menjadi panutan. Guru harus bekerja keras, dalam Bahasa Minang disebut dengan guru yang basitungkin, bila perlu bekerja siang dan malam untuk mencapai tujuannya sebagai guru. Guru yang bersikap sebaliknya disebut guru yang basibanak, acuh tak acuh, cenderung tidak peduli seperti apa sebaiknya progress dicapai, seperti apa mencapai target pembelajaran yang menyenangkan, just so so, dunia dak ka salasai dek awak.
Mengapa dengan guru yang basitungkin? Apa kelebihannya? Banyak!! Sungguh betul apa yang dituliskan dalam Ar-Rahman: 60 bahwa “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan juga, maka hanya guru-guru yang basitungkin-lah yang mendapat banyak anugerah dan penghargaan, setidaknya bertemu dengan teman-teman guru yang basitungkin juga dari berbagai provinsi/negara di ajang-ajang temu guru secara nasional/internasional, atau memenangkan berbagai penghargaan, termasuk penghargaan berupa program Bantu Guru Melihat Dunia (BGMD) yang di inisiasi oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia se Dunia (PPI Dunia).
PPI Dunia memberangkatkan guru-guru terbaik Indonesia ke beberapa negara untuk melihat bagaimana pendidikan di negara lain, seperti yang didapatkan oleh Sunarto Natsir, seorang guru di daerah terpencil di SMPN 7 Budong-budong, Kab. Mamuju Tengah, Sulawesi Barat. Sunarto bengan berbagai prestasi yang didapatkannya berkesempatan menghadiri forum interasional dan beberapa sekolah di Jepang, dan sekarang beliau mendapatkan beasiswa untuk S2 di Turki serta memotivasi anak-anak di daerah perbatasan/pedalaman Sulawesi Barat untuk terus gigih belajaar dan membangun mimpi mereka, mengikuti jejak gurunya bahkan untuk menjadi orang yang lebih baik. Apakah menjadi Guru yang Basitungkin itu susah? Pasti!! Apakah menyusahkan? Tergantung visi guru tersebut, selama guru tersebut memiliki integritas dan persistensi yang baik, maka basitungkin adalah jalan yang dipilihnya dengan senang hati. Mau menjadi guru basitungkin? Cincai lhaa.
(Sumatera Barat, September 2021)
Ikhtiar yang sungguh -sungguh adalah pintu kesuksesan bagi semua profesi