Nur Azizah, Guru SMAN Kota Bengkulu

Funiculi Funicula adalah judul sebuah novel hasil karya Toshikazu Kawaguchi, sebuah novel serial pertama dari serial Before The Coffee Gets Cold.  Novel ini mempunyai latar sebuah Kafe tua kecil di Tokyo, seri pertama buku ini mengisahkan cerita-cerita hidup yang sungguh menyentuh hati dari tokoh-tokoh di dalam buku. Novel satu ini sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia dan Inggris.

Alkisah di sudut Kota Tokyo ada sebuah kafe tua yang menyajikan kopi dengan aroma dan rasa yang nikmat.  Kafe tua ini berada di gang kecil Tokyo terletak di bawah gedung lain, tidak butuh pendingin untuk mendinginkan Kafe tersebut. Tidak begitu ramai, Selain menyediakan kopi dan kudapan yang terkenal di kalangan pengunjung, ternyata ada hal lain yang membuat kafe ini terkenal.

Kafe bernama Funiculi Funicula ini menawarkan kesempatan kepada para pengunjungnya untuk melakukan perjalanan lintas waktu, baik ke masa depan maupun ke masa sekarang, untuk bertemu dengan orang yang mereka inginkan.

Namun ada banyak peraturan yang harus dipatuhi. Satu, mereka harus tetap duduk di kursi yang telah ditentukan. Dua, apapun yang mereka lakukan di masa yang didatangi takkan mengubah kenyataan di masa kini, mereka hanya bisa bercengkrama dengan orang yang ingin mereka temui saja. Tiga, mereka harus menghabiskan kopi khusus yang disajikan sebelum kopi itu dingin. Kalau tidak, mereka akan berubah menjadi hantu dan tidak dapat kembali ke masa sekarang selama-lamanya.

Rentetan peraturan lainnya tak menghentikan orang-orang itu untuk menjelajahi waktu. Akan tetapi, jika kepergian mereka tak mengubah satu hal pun di masa kini.  Biasanya, begitu mendengar persyaratan yang sulit, kebanyakan pengunjung memutuskan untuk mengurungkan niatnya.

Keajaiban kafe itu membuat beberapa orang tertarik, ada seorang wanita yang ingin memutar waktu untuk berbaikan dengan kekasihnya, ada seorang perawat yang ingin membaca surat yang tak sempat diberikan suaminya yang sakit, seorang kakak yang ingin menemui adiknya untuk terakhir kali, dan seorang ibu yang ingin bertemu dengan anak yang mungkin takkan pernah dikenalnya.

Kisah sepasang kekasih dimulai ketika kedua belah pihak bertemu untuk terakhir kalinya sebelum si laki-laki berangkat ke Amerika Serikat karena urusan pekerjaan. Saat itu, si perempuan benar-benar patah hati dan nyaris putus asa.

Akan tetapi, setelah mendengar legenda Kafe Funiculi dan Funicula dan bersedia mengikuti segala peraturan yang disampaikan, ia kembali ke masa lalu demi mengungkapkan isi hatinya, termasuk keinginannya untuk menikah dengan si lelaki.

Kisah kedua, Sang suami terkena alzheimer dan sang istri yang masih setia mencintainya pergi ke masa lalu untuk menemui suaminya di masa sebelum mengalami penyakit pikun.

Kisah si kakak-beradik juga tidak kalah sedih. Soalnya, si kakak yang dirundung rasa bersalah karena tidak mengindahkan ajakan sang adik untuk pulang ke rumah ingin meminta maaf kepada si bungsu yang meninggal karena kecelakaan mobil.

Kisah keempat alias penutup ada kaitannya dengan pemilik Kafe Funiculi Funicula bernama Nagare Tokita. Ia bertemu, jatuh cinta, dan menikah dengan seorang perempuan cantik bernama Kei Tokita. Singkat cerita, ketika baru enam minggu mengandung buah hati mereka, dokter kandungan menyarankan Kei untuk menggugurkan bayinya karena janin yang berkembang di dalam perutnya bisa menjadi ancaman bagi dirinya sendiri.

Hal inilah yang mendorongnya untuk melakukan perjalanan ke masa depan. Ia ingin melihat anaknya. Saat berhasil melakukan perjalanan ke masa yang akan datang, Kei langsung jatuh cinta pada si kecil dan memutuskan untuk melahirkannya.

Tentu saja hal tersebut berarti Kei harus ikhlas kehilangan nyawanya. Dengan berat hati, sebagai suami yang sangat mencintainya, Nagare pun menuruti kemauan sang istri dan membesarkan anak mereka sebagai seorang ayah tunggal.

Dengan membaca novel ini, kita turut diajak untuk berempati dengan orang lain dan menyadari bahwa terkadang, manusia tidak perlu melakukan perjalanan lintas waktu untuk mengubah masa lalu atau masa depan.

Mereka hanya perlu mengungkapkan perasaan yang masih tertahan; menyampaikan penyesalan, permintaan maaf, atau ungkapan cinta yang belum sempat tersampaikan; atau memberikan ucapan terakhir.

Sang penulis, Toshikazu Kawaguchi, mengemas secara apik keseluruhan isi bukunya. Walaupun terdiri dari 4 cerita dengan karakter utama yang berbeda, tidak akan membuat pembaca kebingungan dengan penokohannya sebab setiap tokoh memiliki karakter kuat yang membangun suasana dalam cerita.

Keunggulan Funiculi Funicula dengan karya bergenre time travel lainnya adalah buku ini memberikan premis “kenyataan tidak akan berubah” sebagai poinnya. Hal tersebut yang membuat pembaca tidak akan terjebak terhadap efek domino yang mengubah alur cerita seperti cerita time travel kebanyakan.

Cerita disajikan dengan alur campuran yang terkesan tidak membosankan sehingga akan menarik rasa penasaran bagi pembaca. Dari sisi bahasa, Toshikazu Kawaguchi menyampaikan isi buku dengan bahasa filosofis sederhana sehingga cocok untuk pembaca yang mencari cerita ringan tetapi memiliki makna yang mendalam. Funiculi Funicula akan mengajak kita untuk turut menikmati setiap emosi yang dikolaborasikan dengan pesan moral kehidupan yang tidak lepas dari penyesalan dan kekecewaan. Selain itu, setiap bagian cerita memiliki pesan moralnya masing-masing, namun pesan utama yang ingin penulis sampaikan adalah kita harus bisa menerima dengan ikhlas semua peristiwa yang telah terjadi di masa lalu supaya bisa menghadapi masa depan dengan lebih baik lagi.

Melalui narasi yang disajikan, pembaca akan memperoleh banyak pelajaran berharga dari novel Funiculi Funicula. Berikut lima di antaranya:

  1. Hiduplah pada saat ini. “Kembali ke masa lalu tidak akan mengubah kenyataan dan pergi ke masa depan hanyalah kesia-siaan.” – Funiculi Funicula, halaman 177 Novel ini menekankan pentingnya hidup pada saat ini, mengajarkan kita untuk tidak menghabiskan waktu dengan sia-sia karena terlalu terpaku pada masa lalu atau terlalu khawatir tentang masa depan.  Sebaliknya, fokuslah pada kehidupan saat ini dan lakukanlah yang terbaik untuk diri sendiri dan orang-orang yang kita sayangi.                                               
  2. Hargailah setiap momen yang terjadi saat ini. “Ayo, tunggu apa lagi? Jangan sia-siakan momen ini.” – Funiculi Funicula, halaman 216 Novel ini mengajarkan pentingnya menghargai setiap momen saat ini. Belajarlah untuk menghargai setiap momen yang kita miliki dan jangan ragu untuk mengungkapkan sesuatu yang penting. Lakukanlah segala hal bersama mereka selagi masih ada kesempatan. Kita tidak boleh menyesali ketika momen itu telah berlalu.
  3. Cinta yang tulus dapat memberikan kekuatan.Terima kasih telah menjadi anak yang sehat dan ceria. Melihatmu tumbuh dengan baik saja aku sangat bahagia.“– Funiculi Funicula, halaman 222 Novel ini mengangkat berbagai bentuk cinta dan menunjukkan bagaimana cinta yang tulus memiliki kekuatan untuk mengubah dan menyembuhkan. Lewat perjalanan hidup tokoh-tokohnya, kita belajar betapa pentingnya menghargai mereka yang telah memberikan cinta tulus kepada kita dengan memberikan cinta yang sama kepada mereka
  4. Belajarlah untuk menerima kenyataan. “Kenyataan tidak akan berubah sekeras apa pun kau berusaha mengubahnya di masa lalu.“– Funiculi Funicula, halaman 15 Tema penerimaan terhadap masa lalu sangat mendalam dalam novel ini. Meskipun kita tidak dapat mengubah apa yang telah terjadi, kita dapat belajar untuk menerima dan tumbuh dari pengalaman tersebut untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Meskipun masa lalu tidak dapat diubah, kita dapat menemukan cara untuk berdamai dengannya dan melanjutkan hidup dengan hati yang lebih ringan.
  5. Kekuatan hati menjadi kunci untuk menghadapi tantangan“Kekuatan hati cukup bagi seseorang untuk melewati kenyataan yang dihadapinya, sepahit apa pun kenyataan itu.”– Funiculi Funicula, halaman 223.  Kekuatan hati seseorang memiliki peran yang penting dalam menghadapi realitas kehidupan yang sulit. Dalam situasi apa pun, seberat apa pun beban atau tantangan yang dihadapi seseorang, kekuatan internal yang dimiliki oleh hati atau jiwa mereka dapat menjadi sumber kekuatan yang cukup untuk menghadapinya.

Funiculi Funicula sungguh novel yang menawan karena menghadirkan kedalaman emosional dan refleksi yang menggetarkan

Artikel ini telah tayang di Idntimes.com dengan judul “5 Pelajaran Berharga dari Novel Funiculi Funicula”.

Klik untuk baca: https://www.idntimes.com/life/inspiration/millata-tasyakhanifa/pelajaran-berharga-novel-funiculi-funicula-c1c2.

WeCreativez WhatsApp Support
Our customer support team is here to answer your questions. Ask us anything!
👋 Hi, how can I help?